Selamat Datang Di Blogku

Sabtu, 19 Januari 2013

PENYIMPANGAN KDM SELULITIS


ASKEP TUMOR PARU



ASKEP TUMOR PARU


A. Definisi
Tumor adalah neoplasma pada jaringan yaitu pertumbuhan jaringan baru yang abnormal. Paru merupakan organ elastis berbentuk kerucut dan letaknya didalam rongga dada. Jenis tumor paru dibagi untuk tujuan pengobatan, meliputi SCLC ( Small Cell Lung Cancer ) dan NSLC ( Non Small Cell Lung Cancer / Karsinoma Skuamosa, adenokarsinoma, karsinoma sel besar )
Kanker paru adalah tumor berbahaya yang tumbuh diparu, sebagian besar kanker paru berasal dari sel-sel didalam paru tapi dapat juga berasal dari bagian tubuh lain yang terkena kanker.

B. Etiologi
Penyebab / faktor pendukung dari kanker paru, antara lain :
1.Merokok
2.Terpapar asap rokok
3.Paparan zat karsinogen ( asbestos, radiasi ion, radon arse )
4.Polusi udara
5.Genetik

C. Manifestasi Klinik
manifestasi klinik pada penderita tumor paru yaitu :
a. Batuk yang terus menerus dan berkepanjangan
b. Napas pendek-pendek dan suara parau
c. Batuk berdarah dan berdahak
d. Nyeri pada dada, ketika batuk dan menarik napas yang dalam.
e. Hilang nafsu makan dan berat badan

D. Patofisiologi
Sebab-sebab keganasan tumor masih belum jelas, tetapi virus, faktor lingkungan, faktor hormonal dan faktor genetik semuanya berkaitan dengan resiko terjadinya tumor. Permulaan terjadinya tumor dimulai dengan adanya zat yang bersifat intiation yang merangasang permulaan terjadinya perubahan sel. Diperlukan perangsangan yang lama dan berkesinambungan untuk memicu timbulnya penyakit tumor.
Initiati agen biasanya bisa berupa nunsur kimia, fisik atau biologis yang berkemampuan bereaksi langsung dan merubah struktur dasar dari komponen genetik ( DNA ). Keadaan selanjutnya diakibatkan keterpaparan yang lama ditandai dengan berkembangnya neoplasma dengan terbentuknya tumor, hal ini berlangsung lama meingguan sampai tahunan.
Kanker paru bervariasi sesuai tipe sel daerah asal dan kecepatan pertumbuhan. Empat tipe sel primer pada kanker paru adalah karsinoma epidermoid ( sel skuamosa ). Karsinoma sel kecil ( sel oat ), karsinoma sel besar ( tak terdeferensiasi ) dan adenokarsinoma. Sel skuamosa dan karsinoma sel kecil umumnya terbentuk di jalan napas utama bronkial. Karsinoma sel kecil umumnya terbentuk dijalan napas utama bronkial. Karsinoma sel besar dan adenokarsinoma umumnya tumbuh dicabang bronkus perifer dan alveoli. Karsuinoma sel besar dan karsinoma sel oat tumbuh sangat cepat sehigga mempunyai progrosis buruk. Sedangkan pada sel skuamosa dan adenokar. Paru merupakan organ yang elastis, berbentuk kerucut dan letaknya di dalam rongga dada atau toraksinoma prognosis baik karena pertumbuhan sel ini lambat.

E. Penataksanaan Medik
1.) Pembedahan, memiliki kemungkinan kesembuhan terbaik, namun hanya < 25% kasus yang bisa dioperasi dan hanya 25% diantaranya ( 5% dari semua kasus ) yang telah hidup setelah 5 tahun. Tingkat mortalitas perioperatif sebesar 3% pada lobektomi dan 6% pada pneumonektomi.
2.) Radioterapi radikal, digunakan pada kasus kanker paru bukan sel kecil yang tidak bisa dioperasi. Tetapi radikal sesuai untuk penyakit yang bersifat lokal dan hanya menyembuhkan sedikit diantaranya.
3.) Radioterapi paliatif, untuk hemoptisis, batuk, sesak napas atau nyeri lokal
4.) Kemoterapi, digunakan pada kanker paru sel kecil, karena pembedahan tidak pernah sesuai dengan histologi kanker jenis ini. Peran kemoterapi pada kanker bukan sel kecil belum jelas.
5.) Terapi endobronkia, seperti kerioterapi, tetapi laser atau penggunaan stent dapat memulihkan gejala dengan cepat pada pasien dengan penyakit endobronkial yang signifikan.
6.) Perawatan faliatif, opiat terutama membantu mengurangi nyeri dan dispnea. Steroid membantu mengurangi gejala non spesifik dan memperbaiki selera makan.



























PROSES KEPERAWATAN


1. PENGKAJIAN
A. Pengumpulan Data.
1. Keadaan umum: lemah, sesak yang disertai dengan nyeri dada.
2. Kebutuhan dasar:
- Pola makan : nafsu makan berkurang karena adanya sekret dan terjadi kesulitan menelan
(disfagia), penurunan berat badan.
- Pola minum : frekuensi minum meningkat (rasa haus)
- Pola tidur : susah tidur karena adanya batuk dan nyeri dada.
- Aktivitas : keletihan, kelemahan.

Pemeriksaan fisik
1.      Sistem pernafasan
            • Sesak nafas, nyeri dada
            • Batuk produktif tak efektif
            • Suara nafas: mengi pada inspirasi
            • Serak, paralysis pita suara.
2.      Sistem kardiovaskuler
            • tachycardia, disritmia
            • menunjukkan efusi (gesekan pericardial)
3.      Sistem gastrointestinal
            • Anoreksia, disfagia, penurunan intake makanan, berat badan menurun.
4.      Sistem urinarius
            • Peningkatan frekuensi/jumlah urine.
5.      Sistem neurologis
            • Perasaan takut/takut hasil pembedahan
            • Kegelisahan


B. Pengelompokan Data
1. Data Subjektif
Perasaan lemah, Sesak nafas, nyeri dada, Batuk tak efektif, Serak, haus, Anoreksia,
disfalgia, berat badan menurun, Peningkatan frekuensi/jumlah urine, Takut
2. Data Objektif
Batuk produktif, Tachycardia/disritmia, Menunjukkan efusi, Sianosis, pucat, Edema, Demam, Gelisah.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.Tidak efektif bersihan jalan napas berhubungan dengan obstruksi bronkial sekunder karena invasi tumor.
2.Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan penekanan saraf oleh tumor paru
3.Ketakutan / ansietas berhubungan dengan ancaman / perubahan status kesehatan.

3. RENCANA KEPERAWATAN
1. Tidak efektifnya bersihan jalan napas berhubungan dengan obstruksi.
Intervensi :
·         Auskultasi dada untuk karakter bunyi napas atau adanya sekreat.
            Rasional : Pernapasan bising, ronki dan menunjukkan tertahannya sekreat /             obstruksi jalan napas.
·         Observasi jumlah dan karakter sputum / aspirasi sekret. Selidiki jalan perubahan sesuai indikasi.
            Rasional : Peningkatan jumlah sekret tidak berwarna ( atau berck darah 1    berair awalnya normal dan harus menurun sesuai kemajuan penyembuhan.
·         Dorong masukan cairan per oral ( sedikitnya 2500 ml / hari ) dalam toleransi jantung.
Rasional : Hidrasi adekuat untuk mempertahankan sekreat hilang / peningkatan keluaran
·         Kaji nyeri / ketidak nyamanan dan obati dengan dosis rutin dan lakukan latihan pernapasan.
Rasional : Mendorong pasien untu bergerak, batuk lebih efektif dan napas lebih dalam untukn mencegah kegagalan napas.
·         Berikan atau bantu dengan IPPB, spirometriinsentif, meniup botol, drainase postural / perkusi sesuai indikasi.
            Rasional : Memperbaiki ekspansi paru / vemntilasi dan mudahkan    pembuangan sekret.
            Catatan : Drainase postuural dapat dikotraisdikasikan pada beberapa pasien            dan pada setiap kejadian harus dilakukan untuk mencegah gangguan   pernapasan dan ketidaknyamanan insisi.
·         Gunakan oksigen, humidifikasi / nebuliser. Berikan cairan tambahan melalui IV sesuai indikasi.
Rasional : Memberikan hidrasi maksimal membantu penghilangan / pengenceran sekret untuk meningkatkan pengeluaran.

2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan penekaran saraf oleh tumor paru
Intervensi :
·         Tanyakan pasien tentang nyeri. Tentukan karakteristik nyeri ( P,Q,R,S,T ) misal : terus-menerus, sakit menusuk, terbakar. Buat skala nyeri 0-10 rentang intensitasnya.
Rasional : Membantu dalam mengevaluasi gejala nyeri karena kanker yang dapat melibatkan visera, saraf atau jaringan tulang. Penggunaan skala rentang membantu pasien dalam mengkaji tingkat nyeri dan memberikan alat unutk evaluasi keefektifan analgetik, meningkatkan kontrol nyeri.
·         b. Kaji pertanyaan verbal dan non verbal nyeri pasien
            Rasional : Ketidak sesuaian antara petunjuk verbal atau non verbal dapat    memberikan petunjuk derajat nyeri, kebutuhan / keefektifan intervensi.
·         Berikan tindakan kenyamanan. Misal : sering ubah posisi, pijat punggung, sokongan bantal, dorong penggunaan teknik relaksasi, misal : visualisasi, bimbingan imajinasi danaktivitas hiburan yang tepat.
            Rasional : Meningkatkan relaksasi dan pengalihan perhatian. Menghilangkan          ketidak nyamanan dan meningkatkan efek terapeutik analgesik.
·         Bantu aktivitas perawatan diri, pernapasan / latihan tangan dan ambulasi.
Rasional: Mencegah kelemahan yang tidak perlu dan regangan insisi
Mendorong dan membantu fisik mungkin diperlukan untuk beberapa waktu sebelum
pasien merasa percaya diri untuk melakukan aktivitas ini karena nyeri atau takut nyeri.
·         Berikan analgetik rutin sesuai indikasi, khususnya 45-60 menit sebelum tindakan napas dalam / latihan batuk. Bantu sengan PAC atau analgesik melalui kateter epidural.
Rasional : Mempertahankan kadar obat lebih konstan menghindari “ puncak ” periode nyeri, alat dalam menyembuhkan otot dan memperbaiki fungsi pernapasan dan kenyamanan / koping emosi.

3. Ketakutan / ansietas berhubungan dengan ancaman / perubahan status kesehatan
Intervensi :
·         Evaluasi tingkat pemahaman pasien / orang terdekat tentang diagnosa
Rasional : Pasien atau orang terdekat mendengar atau mengasimilasi informasi baru yang meliputi perubahan ada gambaran diri dan pola hidup.
·         Akui rasa takut / masalah pasien dan dorong mengekspresikan perasaan
Rasional : Dukungan memampukan pasien membuka / menerima kenyataan kanker dan pengobatan.
·         Berikan kesempatan untuk bertanya dan jawab dengan jujur. Yakinkan bahwa pasien dan pemberi perawatan mempunyai pemahaman yang sama.
            Rasional : Membuat kepercayaan dan menurunkan kesalahan persepsi atau salah interprestasi terhadap informasi.
·         Terima penyangkalan pasien tapi jangan dikuatkan.
            Rasional : Bila penyangkalan ektrim atau ansietas mempengaruhi kemajuan             penyembuhan, menghadapi isu pasien perlu dijelaskan dan membuka cara   penyelesaian.
·         Catat komentar atau perilaku yang menunjukkan menerima dan atau menggunakan strategi efektif menerima situasi.
            Rasional : Takut atau ansietas menurun, pasien mulai menerima / secara       positif dengan kenyataan. Indiokator kesiapan pasien untuk menerima   tanggung jawab untuk berpartisipasi dalam penyembuhan dan untuk             berpartisipasi dalam penyembuhan dan untuk mulai hidup lagi.

Jumat, 18 Januari 2013

ASUHAN KEPERAWATAN ASMA BRONKHIAL



ASUHAN KEPERAWATAN ASMA BRONKHIAL


A. Definisi
Asma bronkhial adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermitten, reversible dimana trakeobronkial berespon secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu.
Asma bronkhial adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan jalan nafas yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah baik secara spontan maupun hasil dari pengobatan.

B. Etiologi
Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi timbulnya serangan asma bronkhial yaitu :
a. Faktor predisposisi
·       Genetik
Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit asma bronkhial jika terpapar dengan faktor pencetus. Selain itu hipersentifisitas saluran pernafasannya juga bisa diturunkan.
b. Faktor presipitasi
·         Alergen
Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
1. Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan
Contoh : debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi
2. Ingestan, yang masuk melalui mulut
Contoh : makanan dan obat-obatan
3. Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit
Contoh : perhiasan, logam dan jam tangan

·         Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma. Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan asma. Kadang-kadang serangan berhubungan dengan musim, seperti: musim hujan, musim kemarau.
·       Stress
Stress/ gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma yang timbul harus segera diobati penderita asma yang mengalami stress/gangguan emosi perlu diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika stressnya belum diatasi maka gejala asmanya belum bisa diobati.
·       Lingkungan kerja  
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan asma. Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja di laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala ini membaik pada waktu libur atau cuti.
·         Olah raga/ aktifitas jasmani yang berat.
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan aktifitas jasmani atau olah raga yang berat. Lari cepat paling mudah menimbulkan serangan asma. Serangan asma karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai aktifitas tersebut.

C. Manifestasi Klinik
Serangan asma mendadak secara klinis dapat dibagi dalam tiga stadium :
Stadium 1 : ditandai dengan batuk berkala dan kering. Batuk ini terjadi sebagai akibat iritasi riak kental dan yang mengumpul pada stadium ini terjadi edema atau pembengkakan dinding bronkus.
Stadium 2 : ditandai dengan batuk yang disertai riak yang jernih dan berbusa. Penderita mulai menderita sesak nafas, berusaha bernafas lebih dalam ekspirasi memanjang dan timbul bunyi wheezing (mendesak) pada saat mengeluarkan nafas. Sela-sela iga tertarik kedalam. Penderita lebih senang duduk dengan membungkuk, tangan menekan pada pinggir tempat tidur atau kursi. Penderita tampak pucat, gelisa, warna kulit sekitar mulut mulai membiru.
Stadium 3 : di tandai dengan hampir tidak terdengarnya suara nafas karena aliran udara sedikit akibat penyumbatan penyempitan bronkus. Betuk hampir tidak ditemukan. Timbul kesan seolah-olah sudah ada perbaikan, oleh karena itu stadium ini sangat berbahaya. Pernafasan menjadi dangkal dan tidak teratur, irama pernafasan meninggi karena asfiksia.

D. Pathofisiologi
            Asma ditandai dengan kontraksi spastik dari otot polos bronkus yang menyebabkan sukar bernafas. Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas bronkhioulus terhadap benda-benda asing di udara. Reaksi yang timbul pada asma tipe alergi diduga terjadi dengan cara sebagai berikut : seorang yang alergi mempunyai kecenderungan untuk membentuk sejumlah antibody IgE abnormal dalam jumlah besar dan antibodi ini menyebabkan reaksi alergi bila reaksi dengan antigen spesifikasinya. Pada asma, antibody ini terutama melekat pada sel mast yang terdapat pada interstisial paru yang berhubungan erat dengan brokhiolus dan bronkhus kecil. Bila seseorang menghirup alergen maka antibody IgE orang tersebut meningkat, alergen bereaksi dengan antibodi yang telah terlekat pada sel mast dan menyebabkan sel ini akan mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya histamin, zat anafilaksis yang bereaksi lambat (yang merupakan leukotrient), faktor kemotaktik eosinofilik dan bradikinin.
            Efek gabungan dari semua faktor-faktor ini akan menghasilkan adema lokal pada dinding bronkhioulus kecil maupun sekresi mukus yang kental dalam lumen bronkhioulus dan spasme otot polos bronkhiolus sehingga menyebabkan tahanan saluran napas menjadi sangat meningkat.
            Pada asma, diameter bronkiolus lebih berkurang selama ekspirasi daripada selama inspirasi karena peningkatan tekanan dalam paru selama eksirasi paksa menekan bagian luar bronkiolus. Karena bronkiolus sudah tersumbat sebagian, maka sumbatan selanjutnya adalah akibat dari tekanan eksternal yang menimbulkan obstruksi berat terutama selama ekspirasi. Pada penderita asma biasanya dapat melakukan inspirasi dengan baik dan adekuat, tetapi sekali-kali melakukan ekspirasi. Hal ini menyebabkan dispnea. Kapasitas residu fungsional dan volume residu paru menjadi sangat meningkat selama serangan asma akibat kesukaran mengeluarkan udara ekspirasi dari paru. Hal ini bisa menyebabkan barrel chest.

E. Penatalaksanaan
1. Terapi awal
·         Pasang Oksigen 2-4 liter/menit dan pasang infuse RL atau D5.
·         Bronkodilator (salbutamol 5 mg atau terbutalin 10 mg) inhalasi dan pemberian dapat diulang dalam 1 jam.
·         Aminofilin bolus intravena 5-6 mg/kgBB, jika sudah menggunakan obat ini dalam 12 jam sebelumnya cukup diberikan setengah dosis.
·         Anti inflamasi (kortikosteroid) menghambat inflamasi jalan nafas dan mempunyai efek supresi profilaksis
·         Ekspektoran : adanya mukus kental dan berlebihan (hipersekresi) di dalam saluran pernafasan menjadi salah satu pemberat serangan asma, oleh karenanya harus diencerkan dan dikeluarkan, misalnya dengan obat batuk hitam (OBH), obat batuk putih (OBP), gliseril guaiakolat (GG).
·         Antibiotik : hanya diberikan jika serangan asma dicetuskan atau disertai oleh rangsangan infeksi saluran pernafasan, yang ditandai dengan suhu yang meninggi.

Antibiotika yang efektif adalah :
1. Pengobatan berdasarkan saat serangan :
            a. Reliever/Pelega:
  • Gol. Adrenergik:
            - Adrenalin/epinephrine 1 : 1000 . 0,3 cc/sc
            - Ephedrine: oral
  • Short Acting beta 2-agonis (SABA) :
            - Salbutamol (Ventolin): oral, injeksi, inhalasi
            - Terbutaline (Bricasma): oral, injeksi, inhalasi
            - Fenoterol (Berotec): inhalasi
            - Procaterol (Meptin): oral, inhalasi
            - Orciprenaline (Alupent): oral, inhalasi
  • Gol. Methylxantine:
            - Aminophylline: oral, injeksi
            - Theophylline: oral
  • Gol. Antikolinergik:
            - Atropin: injeksi
            - Ipratropium bromide: inhalasi
  • Gol. Steroid:
            - Methylprednisolone: oral, injeksi
            - Dexamethasone: oral, injeksi
            - Beclomethasone (Beclomet): inhalasi
            - Budesonide (Pulmicort): inhalasi
            - Fluticasone (Flixotide): inhalasi

b. Controller/Pengontrol:
  • Gol. Adrenergik
  • Long-acting beta 2-agonis (LABA) à Salmeterol & Formoterol (inhalasi)
  • Gol. Methylxantine: Theophylline Slow Release
  • Gol. Steroid: inh., oral, inj.
  • Leukotriene Modifiers: Zafirlukast
  • Cromolyne sodium: inhalasi
  • Kombinasi LABA & Steroid: inhalasi

2. Terapi serangan asma akut
Berat ringannya serangan
Terapi
lokasi
Ringan
Terbaik : Agonis beta 2 inhalasi diulang setia 1 jam
Alternatif : agonis beta 2 oral 3 X 2 mg
Di rumah
Sedang
Terbaik : oksigen 2-4 liter/menit dan agonis beta 2 inhalasi
Alternatif :agonis beta 2 IM/adrenalin subkutan. Aminofilin 5-6mg/kgbb
- puskesmas
- klinik rawat jalan
- IGD
-praktek dokter umum
-rawat inap jika tidak ada respons dalam 4 jam.
Berat
Terbaik : Oksigen 2-4 liter/menit
-agonis beta 2 nebulasi diulang s/d 3 kali dalam 1 jam pertama
-aminofilin IV dan infuse
-steroid IV diulang tiap 8 jam
- IGD
- Rawat inap apabila dalam 3 jam belum ada perbaikan
-pertimbangkan masuk ICU jika keadaan memburuk progresif.
Mengancam jiwa
Terbaik :
-lanjutkan terapi sebelumnya
-pertimbangkan intubasi dan ventilasi mekanik
ICU


 

PROSES KEPERAWATAN


A. Pengkajian
Hal-hal yang perlu dikaji pada pasien asma adalah sebagai berikut:
Riwayat kesehatan yang lalu:
·         Kaji riwayat pribadi atau keluarga tentang penyakit paru sebelumnya.
·         Kaji riwayat reaksi alergi atau sensitifitas terhadap zat/ faktor lingkungan.
·         Kaji riwayat pekerjaan pasien.
Aktivitas :
·         Ketidakmampuan melakukan aktivitas karena sulit bernapas.
·         Adanya penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan bantuan melakukan aktivitas sehari-hari.
·         Tidur dalam posisi duduk tinggi.
Pernapasan :
·         Dipsnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktivitas atau latihan.
Napas memburuk ketika pasien berbaring terlentang ditempat tidur.
·         Menggunakan obat bantu pernapasan, misalnya: meninggikan bahu, melebarkan hidung.
·         Adanya bunyi napas mengi.
·         Adanya batuk berulang.
Sirkulasi :
·         Adanya peningkatan tekanan darah.
·         Adanya peningkatan frekuensi jantung.
·         Warna kulit atau membran mukosa normal/ abu-abu/ sianosis.
·         Kemerahan atau berkeringat.
Integritas ego :
·         Ansietas
·         Ketakutan
·         Peka rangsangan
·       Gelisah
Asupan nutrisi :
·         Ketidakmampuan untuk makan karena distress pernapasan.
·         Penurunan berat badan karena anoreksia.
Hubungan sosial :
·         Keterbatasan mobilitas fisik.
·         Susah bicara.
·         Adanya ketergantungan pada orang lain.
Seksualitas :
·         Penurunan libido

Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : penderita tampak sesak nafas dan gelisah, penderita lebih nyaman                            dalam posisi duduk.
b. Jantung : pekak jantung mengecil, takikardi.
c. Paru :
  • Inspeksi : dinding torak tampak mengembang, diafragma terdorong ke bawah.
  • Auskultasi : terdengar wheezing (mengi), ekspirasi memanjang.
  •  Perkusi : hipersonor
  • Palpasi : Vokal Fremitus kanan=kiri

B. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan
Diagnosa-1:
Tak efektif bersihan jalan nafas b/d bronkospasme.
Hasil yang diharapkan:
Mempertahankan jalan nafas paten dengan bunyi bersih dan jelas.
Intervensi dan Rasionalisasi :
a. Mandiri
·         Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas,
contoh : mengi
·         Kaji / pantau frekuensi pernafasan, catat rasio inspirasi / ekspirasi.
·         Catat adanya derajat dispnea, ansietas, distress pernafasan,penggunaan obat bantu.
·         Tempatkan posisi yang nyaman pada pasien.
contoh : meninggikan kepala tempat tidur , duduk pada sandaran tempat tidur
·         Pertahankan polusi lingkungan minimum.
contoh: debu, asap dll
·         Tingkatkan masukan cairan sampai dengan 3000 ml/ hari sesuai toleransi jantung, memberikan air hangat.
b. Kolaborasi
·         Berikan obat sesuai dengan indikasi bronkodilator.
·         Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas.
·         Tachipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditem ukan pada penerimaan atau selama stress/ adanya proses infeksi akut.
·          Disfungsi pernafasan adalah variable yang tergantung pada tahap proses akut yang menimbulkan perawatan di rumah sakit.
·         Peninggian kepala tempat tidur memudahkan fungsi pernafasan dengan menggunakan gravitasi.
·         Hidrasi membantu menurunkan kekentalan sekret, penggunaan cairan  hangat dapat menurunkan kekentalan sekret, penggunaan cairan hangat dapat menurunkan spasme bronkus.
·         Merelaksasikan otot halus dan menurunkan spasme jalan nafas, mengi, dan produksi mukosa.

Diagnosa -2:
Malnutrisi b/d anoreksia.
Hasil yang diharapkan :
Menunjukkan peningkatan berat badan menuju tujuan yang tepat.
Intervensi dan Rasionalisasi :
a. Mandiri
·         Kaji kebiasaan diet, masukan makanan saat ini. Catat derajat kerusakan makanan.
·         Sering lakukan perawatan oral, buang sekret, berikan wadah khusus untuk sekali pakai.
b. Kolaborasi
·         Berikan oksigen tambahan selama makan sesuai indikasi.
·          Pasien distress pernafasan akut sering anoreksia karena dipsnea.
·         Rasa tak enak, bau menurunkan nafsu makan dan dapat menyebabkan mual/muntah dengan peningkatan kesulitan nafas.
·         Menurunkan dipsnea dan meningkatkan energi untuk makan, meningkatkan masukan.
Diagnosa-3:
Kerusakan pertukaran gas b/d gangguan suplai oksigen (spasme bronkus)
Hasil yang diharapkan :
Perbaikan ventilasi dan oksigen jaringan adekuat.
Intervensi dan Rasionalisasi :
a. Mandiri
·         Kaji/awasi secara rutin kulit dan membran mukosa.
·         Awasi tanda vital dan irama jantung
b. Kolaborasi
·         Berikan oksigen tambahan sesuai dengan indikasi hasil AGDA dan toleransi pasien.  Sianosis mungkin perifer atau sentral keabu-abuan dan sianosis sentral mengindikasikan beratnya hipoksemia.
·          Penurunan getaran vibrasi diduga adanya pengumpalan cairan/udara.
·         Tachicardi, disritmia, dan perubahan tekanan darah dapat menunjukan efek hipoksemia sistemik pada fungsi jantung.
·         Dapat memperbaiki atau mencegah memburuknya hipoksia.

Diognasa-4:
Risiko tinggi terhadap infeksi b/d tidak adekuat imunitas.
Hasil yang diharapkan :
-   Mengidentifikasikan intervensi untuk mencegah atau menurunkan resiko infeksi.
- Perubahan pola hidup untuk meningkatkan lingkungan yang nyaman.
Intervensi dan Rasionalisasi :
a. Mandiri
·         Awasi suhu.
·         Diskusikan kebutuhan nutrisi adekuat
b. Kolaborasi
·         Dapatkan specimen sputum dengan batuk atau pengisapan untuk pewarnaan gram,kultur/sensitifitas.
·         Demam dapat terjadi karena infeksi dan atau dehidrasi.
·         Malnutrisi dapat mempengaruhi kesehatan umum dan menurunkan tahanan terhadap infeksi untuk mengidentifikasi organisme penyebab dan kerentanan terhadap berbagai anti microbial.

Diagnosa-5:
Kurang pengetahuan b/d kurang informasi, salah mengerti.
Hasil yang diharapkan :
menyatakan pemahaman kondisi/proses penyakit dan tindakan.
Intervensi dan Rasionalisasi :
·         Jelaskan tentang penyakit individu
·         Diskusikan obat pernafasan, efek samping dan reaksi yang tidak diinginkan.
·         Tunjukkan tehnik penggunaan inhaler.
·         Menurunkan ansietas dan dapat menimbulkan perbaikan partisipasi pada rencana pengobatan.
·         Penting bagi pasien memahami perbedaan antara efek samping mengganggu dan merugikan.